Traveling: Phnom Penh (Dalam Hitungan Jam)

Rabu, 09 Maret 2016 pesawat AA yang gw naikin untuk ke Kamboja Delay 20 menit, selagi nunggu pesawat di Gate 21 KLIA2, rame banget ini sama orang-orang Kamboja yang sepertinya para TKI Kamboja yang mau pulang kampong, hanya ada beberapa turis asing (termasuk gw yang menunggu pesawat take off) #CieTuris. Saat pesawat AA dateng, masuk ke cabin.. lah! Kursi gw kok udah ada yang nempatin? Gw bilang “maaf ini kursi saya?” *kebetulan dapet tempat duduk yang kekinian banget kan yee... WINDOW SEAT! *sebut saja kursi incaran para Instagramers!. Udah minta si mbak-mbak itu pindah tapi dia tetep gak mau.. Asem!! Yaudah lah sebagai orang Indonesia yang baik dan santun (AKHIRNYA GW DUDUK DITENGAH), si mbak-mbak itu kayaknya TKW Asal Kamboja deh *maap* soalnya penampilannya *Maap* (pake celana Pink, sepatu blink-blink, emasnya banyak, lipstick ungu.. aduuh! udah gitu sepanjang perjalanan selfiiiiieeeee muluk ditambah dia ngeluarin kacamata item... *mbak saya jugak mau selfie mbaaakkk* #stell lagu Geisha - Lumpuhkan lah ingatkanku, hapuskan tentang mbak-mbak nyi-nyir itu…

SAH!! Landing di Phnom Penh

Akhirnya setelah 2 jam perjalanan dari KLIA2, sampai juga di bandara International Phnom Penh! Perbedaan waktu disini adalah satu jam. Waktu Phnom Penh, sama dengan waktu Jakarta *puter jam lagee*. Sesampainya di Bandara, udara panas mulai terasa dan bandaranya lagi di maintenance, jadi banyak pekerjaan konstruksi gitu, debu dari semen pada berterbangan dimana-mana , haduh… Untuk urusan imigrasi gak ada masalah dan cepet banget gak perlu ngantri. FYI, di bandara Phnom penh ini gak ada wi fii, jadi harus keluar dulu terus ke counter buat beli sim card. Kemarin beli sim card Metfone internet 5GB harga USD 5.

Nahh,.. saat lagi beli SIM CARD inilah terjadi ke-unikan, dimana bahasa daerah dapat menyatukan kita #ceilah, mbak-mbak yang lagi beli sim card di counter sebelah kebetulan lagi ngomong bahasa jowo dan karena gw sendirian, sementara 4 orang teman sudah duluan hari ini keliling Phom Penh maka, SKSD negor adalah hal baik untuk memulai sesuatu. nama nya mbak ria dan mba ariefa, asikknya lagi mereka juga mau ke penginapan di daerah dekat Riverside, akhirnya gw bisa sharing cost buat ke riverside bareng mereka.

Setelah urusan SIM card selesai, keluar bandara langsung diserbu kang tuk-tuk (transportasi khas kamboja), mereka matok harga USD 20 buat ke daerah riverside, padahal baca-baca harga normal cuman USD 15. Setelah berdebat panjang, mereka tetap egois gak mau nurunin harga dan karena, liat para bule-bule eropa baru keluar juga, jadi si supir tuk-tuk itu langsung nyuekin kita… *ojek mana ojeekk… rinduku pada ojek indonesia* . Oke! Gak dapet deal harga sama supir tuk-tuk, akhirnya kita ber-3 jalan keluar bandara buat nyari supir tuk-tuk yang mau angkut kita (disini gw baru sadar, parkiran bandara Internasional sama jalan raya umum kok deket banget yak? Tinggal jalan kaki beberapa meter, beda sama dibandara-bandara lain). Nah, dipinggir jalan raya udah berjejer juga supir tuk-tuk dan deal or no deal akhirnya deal USD 18 dibagi 3 orang sampe jam 9 malem!.

Pak tier-tier yg sangat protektif! kita dilarang keluarin HP. Takut dijambret katanya

Dapet supir tuk-tuk paruh baya umur sekitar 45 tahunan dan nama nya pak tier-tier (092-926-887) dia kasih no. hp juga ke gw, katanya kalo ada temen dari Indonesia mau dateng, bisa hubungi dia lewat no itu (FYI, Hp nya jadul jadi Cuma bisa buat SMS & Telpon ya). Jarak dari Phnom Penh airport ke daerah riverside di Google map sih 11 km, tapi kok berasa jauh banget ya? Udah gitu panas dan berdebu pulak jalanannya, baru jalan sekitar 2km, udah langsung pada pake masker. Ingat di Phnom penh ini rawan penjambretan jadi, pak tier-tier ini protektif banget sama kita. Suruh taruh semua tas di bawah deket kaki dan gak boleh ngeluarin HP, soalnya jambret di Kamboja terkenal sadis *baca-baca di blog traveler lain juga katanya gitu*. Di Kamboja menganut paham STIR Kiri ya.

Di Phnom Penh ini masih dalam tahap pembangunan kota-kota nya, jadi mungkin terlihat seperti kota jadul, hehe. BTW Motor yang mereka gunakan aja sejenis motor astrea grand buatan Honda yang terkenal di Indonesia sekitar tahun 90-an, tapi dengan penjualan baru dan nama yang berberbeda “Honda Dream”. Velg masih jari-jari dan rem masih tromol, belum cakram.

https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=imgres&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiu_fjZ5eLSAhULQI8KHeT3ClYQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fwww.mkhmer.co%2Fhonda-dream-2015-in-cambodia-video_560b43c95.html&psig=AFQjCNGFjcjW7OPhaE39XgXm7mfyf9dKlw&ust=1490020673636355

Lanjut anterin mbak ria dan mbak ariefa check in di hotel G-ELeven *sekalian kerokin debu-debu yang menempel bawaan dari jalan raya tadi*. Mbak ria dan mbak rifa baru melanjutkan perjalanan ke Siem reap besok siang, sedangkan gw dan yang lain memilih ke Siem Reap malam hari naik sleeper bus jam 22.30 .

Tempat-tempat yang bisa kalian kunjungi jika hanya transit di Phnom Penh adalah: Museum Genosida / tuol sleng, museum yang dulunya adalah bangunan sekolah berlantai 3 ini sempat jadi saksi bisu sejarah kelam Negara Kamboja, dimana PolPot / ketua dari Khmer Merah / Khmer Rounge menghabisi ± 2 juta warga negaranya sendiri dengan cara yang keji dan gak manusiawi. Jadi, cerita singkatnya mah si ~~Kampreto Polpot~~ mau bikin Negara baru berbasis pertanian/ agraria dimana dalam pemerintahannya gak boleh ada orang Pinter dan cerdas, mungkin dipikiran dia kalo gak ada orang pinter kan gak ada yang bisa mempengaruhi dia/ warga. Dalam peristiwa yang berlangsung sekitar 3 tahun ini warga Kamboja disiksa terlebih dahulu, nah salah satu tempat penyiksaan yang terkenal adalah Tuol SLeng ini. Disitu orang-orang yang gak bersalah pada ~~dibunuh~~ pake alat-alat yang sadis lah pokoknya, ada yang digantung, dicelupin kedalem air, dll. Ada lemari isi tengkorak dan foto-foto orang yang udah dibunuh. Bisa juga ke “KILLING FIELD”, letaknya lumayan jauh dari kota sih tapi, disana tempat ~~pembantaian~~ terbesar. Haduuh,.. hati-hati pada sawan ya balik dari sana.

cieee yang abis keliling Phnom Penh. Credit by: Fachry

Credit by: Fachry

Menurut mas Aryo dkk, tempat rekomen buat makan di Phnom penh ada sekitar royal palace yaitu, Warung Bali beralamat di: St. 178 No. 25Eo, Phnom Penh. Di warung Bali ini, ternyata eh ternyata Chef dan pemilik nya orang indonesia dan mantan chef kedubes RI di kamboja, namun setelah gak jadi chef di kedubes lagi, beliau buka restoran di Phnom Penh ini. Wajib mampir yo, guys... kemudian kalo mau ngadem di Mall juga ada, AEON Mall Phnom Penh.

credit by Zulvah

Credit by Zulvah

Menjelang malam juga, kita meet up di riverside, kesana buat nuker tiket di Pull bus yang mau kita naikin buat menuju Siem Reap. Nama bus nya GIANT IBIS (info@giantibis.com) It costs USD 15 per-ticket. Sampe di pull kita bisa nitipin tas dulu dan mandi. Di depan pull Giant ibis ada Night Market juga, Cuma gak sebesar night market di BKT Bekasi sih. Cuma tawaf sekali disini juga sudah bosen.

Di dalem night market juga terdapat panggung yang cukup besar, waktu kesana sih lagi ada pertunjukan kayak lawak Srimulat gitu (tetep aja mau selucu apa juga, kita gak ngerti mereka ngomong apa). Banyak penduduk local yang duduk-duduk di depan panggung tanpa alas dan kursi.

Panggung di Night Market Phnom Penh

Penampakan depan night market. Credit by: Zulvah

Terakhir, karena mbak ria dan mbak rifa beda bus sama gw. Jadi, malem itu setelah tawaf keliling satu putaran night market, dan menunggu keberangkatan bus. kita makan di burger king dulu. ARKOUN ! "Terima Kasih dalam bahasa Khmer" .